OPINI, Inmedias.id – Sulawesi Tenggara (Sultra) adalah salah satu wilayah di Indonesia yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, terutama satwa endemik. Beberapa spesies seperti Babi rusa (Babyrousa celebensis), Maleo (Macrocephalon maleo), Kaka Tua Jambul Kuning (Cacatua sulphurea parvula), dan Anoa (Bubalus spp).
Anoa (Bubalus spp) merupakan mamalia endemik Sulawesi. Anoa termasuk ke dalam daftar spesies prioritas konservasi sangat tinggi di Indonesia. Menurut Groves (1969), ada 2 jenis Anoa (Bubalus spp), yaitu Anoa (Bubalus spp) yang hidup di dataran rendah Bubalus depressicornis dan Anoa (Bubalus spp) yang hidup di pegunungan Bubalus quarlesi.
Namun, Anoa (Bubalus spp) sampai saat ini belum mendapat perhatian serius. seharusnya perlu menerapkan upaya konservasi ex-situ sebagai upaya untuk memastikan keberlangsungan hidup anoa yang terancam di alam liar.
Hasil penelitian Mustari (2020) mengungkapkan bahwa populasi Anoa (Bubalus spp) terancam karena perburuan liar. Dengan meningkatnya tekanan dari aktivitas manusia seperti perburuan
liar, alih fungsi lahan, dan pembalakan liar membuat populasi satwa endemik ini semakin terancam.
Di tengah situasi ini, peran generasi muda sangat penting dalam upaya pelestarian satwa endemik di Sultra. Hilangnya habitat merupakan masalah paling mendesak
yang dihadapi Anoa (Bubalus spp).
Deforestasi yang masif di Sulawesi, khususnya di Sultra, telah menghancurkan sebagian besar hutan yang menjadi rumah bagi Anoa (Bubalus spp). Alih fungsi lahan hutan untuk kegiatan pertambangan, perkebunan kelapa sawit, dan pemukiman manusia menyebabkan fragmentasi habitat yang parah. Anoa (Bubalus spp), yang membutuhkan wilayah jelajah yang luas untuk mencari makan dan berkembang biak, tidak lagi memiliki akses ke habitat yang berkelanjutan.
Kalibrasi pemuda terhadap konservasi yaitu melakukan penyesuaian sikap,
pemahaman, dan tindakan pemuda agar selaras dengan prinsip konservasi yang berkelanjutan. Dalam konteks Sulawesi Tenggara, langkah ini melibatkan upaya meningkatkan kesadaran, pengetahuan, serta keterlibatan pemuda dalam perlindungan dan pelestarian satwa endemik yang berada di Sultra, salah satunya ialah Anoa (Bubalus spp), satwa yang dijadikan ikon Sultra, kian hari makin terdegradasi dengan hadirnya pertambangan nikel.
Berdasarkan data Kementrian Eneregi Sumber Daya Mineral (ESDM), jumlah cadangan nikel Sultra, sebesar 97 miliar ton dengan luas sebaran 480 ribu hektar. Dari tahun 2022 hingga 2023 dengan potensi tersebut Provinsi Sultra, telah kehilangan 216 ribu hektar hutan primer basah, atau 40 persen dari total kehilangan tutupan pohon, dengan total penggurangan 11 persen selama periode tersebut (Global Forest Watch). Dampak tersebut mengakibatkan satwa liar kehilangan habitat dan sumber daya, penurunan populasi, memicu kepunahan serta menimbulkan terjadinya fregmentasi dan membatasi ruang gerak bagi satwa dan hal tersebut juga dapat menyebabkan konfilik antara manusia dan satwa.
Menurut (Mustari 1995, Mustari 2003), Anoa memiliki sensitivitas tinggi terhadap
keberadaan manusia, hidup menyendiri, dan mendiami wilayah yang sulit dijangkau sehingga mengamati populasi anoa di habitat alaminya cukup sulit, terlebih lagi untuk mendapatkan gambaran populasi Anoa secara keseluruhan di Sulawesi.
Data populasi Nnoa yang tersedia
sebagian besar terbatas pada kawasan konservasi, di mana penelitian intensif pernah dilakukan. Di kawasan Tanjung Amolengo dengan luas (604 ha) dan Tanjung Peropa (38.297 ha), populasi anoa diperkirakan masing-masing berjumlah sekitar 10 dan 350 individu. Fakta yang tidak bisa dinafikan dengan terjadinya pembukaan kawasan hutan secara besar-besaran dan alih fungsi kawasan untuk aktivitas pertambangan nikel menjadi salah satu faktor utama yang menjadi kepunahan anoa, saat ini anoa berada dalam kondisi yang sangat memprihatinkan disebabkan penurunan secara signifikan, bahkan dibeberapa wilayah konservasi anoa tidak
ditemukan lagi.
Melihat dari kondisi Anoa (Bubalus spp) hari ini yang kurang mendapat perhatian
padahal Anoa (Bubalus spp) merupakan jenis asli Pulau Sulawesi dikenal sebagai sapi kerdil Sulawesi, dilindungi secara nasional (Permen Lingkungan Hidup dan Kehutanan nomor : P.106/2018), dan dalam skala global termasuk species dengan status Endangered kategori C1+2a(i) ver 3.1 IUCN RedList.
Dengan melihat status satwa tersebut maka perlu ada tindakan secara konservatif yang dilakukan pemuda Sultra, dalam rangka melestarikan satwa endemik sebagai bentuk kepedulian terhadap wilayah Sulawesi Tenggara, beberapa hal peran pemuda yang dapat dilakukan sebagai contoh adalah sebagai berikut:
1. Pemuda dapat terlibat dalam advokasi untuk mendorong perusahaan tambang, bertanggung jawab terhadap lingkungan. Melalui kolaborasi dengan LSM dan
komunitas konservasi, pemuda dapat mendukung penerapan regulasi lebih ketat dalam pengelolaan tambang nikel agar tidak merusak habitat Anoa (Bubalus spp). Selain itu, pemuda juga bisa berperan dalam memantau aktivitas tambang di lapangan, memastikan kepatuhan perusahaan terhadap standar lingkungan, serta mendorong penerapan praktik berkelanjutan.
2. Pemuda memiliki peran penting dalam meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya menjaga kelestarian Anoa (Bubalus spp) dalam ekosistem hutan. Dengan memanfaatkan media sosial dan platform digital, pemuda dapat menyelenggarakan sosialiasi/FGD untuk mengedukasi publik tentang ancaman yang dihadapi Anoa (Bubalus spp) akibat aktivitas tambang nikel serta langkah langkah perlindungan habitatnya.
Upaya ini juga dapat membantu menarik perhatian publik dan mendorong tindakan dari pihak pemerintah maupun perusahaan tambang.
3. Pemuda yang memiliki latar belakang akademis juga diharapkan dapat berkontribusi melalui penelitian terkait dampak aktivitas tambang terhadap habitat Anoa (Bubalus spp) dan solusi yang dapat diambil untuk memitigasi kerusakan habitat.
Pemuda juga bisa bekerja sama dengan universitas atau lembaga riset untuk mengembangkan strategi konservasi yang berbasis data ilmiah. Selain itu, melibatkan masyarakat lokal dalam kegiatan konservasi akan memperkuat perlindungan bagi Anoa (Bubalus spp).
Misalnya, program pemberdayaan ekonomi alternatif bagi masyarakat sekitar tambang bisa menjadi solusi untuk mengurangi ketergantungan masyrakat terhadap perusakan hutan. Hal-hal di atas tidak serta merta mudah dilakukan. Untuk itu beberapa poin yang perlu diperhatikan dalam melakukan aksi-aksi nyata sebagai contohnya ialah:
1. Peningkatan Kapasitas: Melalui program pelatihan dan pendidikan, penting bagi pemuda untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan dalam
pelaksanaan kegiatan konservasi.
2. Kerjasama Multipihak: Membangun kolaborasi yang solid antara pemerintah, masyarakat, sektor swasta, dan organisasi non-pemerintah sangat penting dalam upaya konservasi.
3. Pemanfaatan Teknologi: Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dapat memperlancar proses penyebaran informasi, koordinasi kegiatan, serta pemantauan keadaan satwa. Keberlangsungan hidup Anoa (Bubalus spp) sebagai spesies endemik Sultra, sangat bergantung pada rencana dan aksi yang diambil saat ini pemuda memiliki peran krusial sebagai agen perubahan dalam menghadapi ancaman tambang nikel yang merusak habitat Anoa (Bubalus spp).
Melalui kampanye kesadaran, advokasi, penelitian, dan aksi nyata di lapangan, pemuda bisa menjadi garda terdepan dalam upaya menyelamatkan Anoa (Bubalus spp) dari ekskalasi ambang kepunahan.
Dengan dukungan yang tepat, generasi muda dapat mewujudkan masa depan di mana tambang dan konservasi dapat berjalan beriringan tanpa mengorbankan spesies ikonik seperti Anoa (Bubalus spp). keselamatan dan masa depan Anoa (Bubalus spp) sangat bergantung pada tindakan segera untuk melindungi habitat Anoa (Bubalus spp) dan menghentikan perburuan liar serta beberapa masalah lainya yang telah dijabarkan.
Hanya melalui upaya bersama dan kesadaran kolektif, kita bisa memastikan bahwa Anoa (Bubalus spp) tetap bertahan dan menjadi bagian dari keanekaragaman hayati Sultra, untuk generasi yang akan datang.
Penulis : Muh. Iksan (Dirut Jejak Anoa)