InMedias.id, Kendari – Kontestasi pemilihan Ketua Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) resmi dimulai. Nama La Ode Hasanuddin Kansi muncul sebagai kandidat pertama yang mengambil formulir pendaftaran calon Ketua KONI Sultra.
Langkah cepat Hasanuddin tak hanya menandai keseriusannya dalam mengikuti bursa calon ketua, tetapi juga mencerminkan tekad kuat untuk membawa perubahan nyata di tubuh KONI Sultra lembaga yang selama ini tak lepas dari sorotan publik karena dugaan praktik kolusi, korupsi, dan nepotisme (KKN).
“Ini bukan soal ambisi pribadi, ini soal tanggung jawab moral. Saya ingin membebaskan KONI Sultra dari praktik KKN dan menjadikannya lembaga profesional yang benar-benar berpihak pada atlet dan cabang olahraga,” ungkap Hasanuddin saat diwawancarai di Kendari, Selasa (22/7/2025).
Hasanuddin, yang juga dikenal sebagai Ketua Dewan Pembina Lembaga Aliansi Pemuda dan Pelajar (AP2) Sultra, menegaskan bahwa niatnya maju tidak dilandasi kepentingan politik, melainkan murni untuk memajukan dunia olahraga di Bumi Anoa.
“Saya ini anak petani, bukan anak pejabat. Tapi saya punya mimpi besar menjadikan KONI sebagai rumah besar bagi semua cabang olahraga, bukan sebagai alat kekuasaan atau tempat jual-beli jabatan,” tegasnya.
Jika dipercaya memimpin, ia berkomitmen untuk membenahi sistem tata kelola KONI Sultra dengan pendekatan yang transparan, partisipatif, dan menjunjung nilai-nilai sportivitas. Ia menekankan pentingnya keterlibatan pelatih, atlet, hingga pengurus cabang olahraga (cabor) di setiap level.
“Kita harus benahi dari hulu ke hilir. Semua cabor harus diperlakukan adil. Jangan ada lagi yang merasa dianaktirikan. Setiap atlet punya potensi untuk mengharumkan nama daerah, tinggal bagaimana kita membina mereka secara serius,” kata dia.
Lebih lanjut, Hasanuddin menggarisbawahi tekadnya untuk menjauhkan KONI Sultra dari aroma penyimpangan dan menjadikannya lembaga yang bersih dan berintegritas.
“Saya punya niatan besar di bawah kepemimpinan saya nanti, KONI Sultra harus bebas dari aroma korupsi. Kita butuh lembaga yang bersih agar pembinaan atlet berjalan maksimal dan prestasi bisa diraih,” tambahnya.
Terkait keputusannya menjadi pendaftar pertama, Hasanuddin menyebut langkah itu sebagai simbol kesiapan dan keterbukaan.
“Saya ingin menunjukkan bahwa proses ini bisa dijalani dengan cara-cara terhormat. Tidak ada permainan belakang layar. Ini pertarungan gagasan dan integritas. Saya datang lebih awal karena saya siap,” tandasnya.
Laporan : Aidil