InMedias.id, Konsel – Insiden saling serang antara masyarakat di Kecamatan Anggata, Kabupaten Konawe Selatan (Konsel) kini menjadi sorotan. Pasalnya, konflik agraria antara PT Marketindo Selaras (MS) dengan masyarakat kini berujung pada penganiayaan sesama warga.
Ketua Cabang Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Konsel, Hendra Yus Khalid mengatakan salah satu faktor utama terjadinya insiden penganiayaan antara warga pekerja dan petani tidak terlepas dari sikap Pemerintah Daerah (Pemda) Konsel yang terkesan tutup mata dengan persoalan agraria.
“Konflik yang terjadi antara perusahaan dan masyarakat ini merupakan ketidak suksesan pemerintah dalam mengatur investasi masuk didaerah khususnya perusahaan perkebunan. serta tidak adanya ketegasan yang diambil Pemda, yang diotaknya hanya keuntungan, tanpa memikirkan ketimpangan-ketimpangan yang terjadi ketika perusahaan masuk, baik ketimpangan sosial, ekonomi, politik maupun budaya,” ungkapnya, Minggu 8 Juni 2025.
Konflik agraria yang terjadi di Kecematan Angata tentu membuka kembali mata Pemda Konsel yang saat ini tidak pernah diselesaikan, mulai konflik agraria yang terjadi di Kecematan Mowila sampai di Kecematan Sabulakoa yang juga masih saling mengklaim lahan antara perusahaan dan masyarakat.
“Kini terjadi kembali yang kesekian kali, sejak tahun 1996 sampai 2025 yang ada di Kecamatan Angata setelah di take over dari PT. Sumber madu bukari (SMB) menjadi PT. MS,” ujarnya.
Menurut dia, insiden penganiayaan sesama warga tidak akan terjadi apabila Pemda Konsel segera turun tangan untuk menyelesaikan konflik agraria.
“Sekiranya Pemda Konsel harus segera menyelesaikan konflik agraria yang sangat berkepanjangan ini, kami tidak ingin kembali ada korban sesama kita. Kami tidak ingin masyarakat dikorbankan hanya untuk memuluskan kegiatan para investor,” ucapnya.
Pemda Konsel harus mengambil langkah kongkrit untuk menyelesaikan konflik agraria yang sering terjadi di Konsel khususnya konflik antara PT. MS dan warga.
“Kasian masyarakat. Jangan nanti ada masalah yang fatal Pemerintah baru muncul dengan alibi akan segera membuat tim untuk menyelesaikan konflik tapi pada akhirnya hanya selesai untuk meredamkan sakit hati masyarakat bukan untuk menyelesaikan masalah sengketa lahan antara perusahaan dan masyarakat,” jelasnya.
Laporan : Aidil